Minggu, 05 Desember 2010


GRIDIRON GANG


REVIEW FILM



Film Gridiron Gang bercerita tentang kehidupan beberapa kelompok Gang Remaja yang penuh dengan konflik antar Gang. Penembakan, pembunuhan, antar anggota gang yang bermusuhan menjadi sebuah pemandangan yang sudah biasa terjadi. Karena daerah ini merupakan sebuah daerah konflik, dari orang tua sampai remaja banyak yang pernah masuk penjara.
Sebagian besar cerita ini dan sekaligus inti dari cerita ini adalah kehidupan yang terjadi di sebuah penjara yang dihuni oleh remaja bermasalah dengan kasus yang mencengangkan. Willie weathers seorang anak laki-laki yang tega membunuh ayahnya demi melindungi ibunya. Owens yang dipenjara Karena merampok toko minuman beserta beberapa anak lain yang masuk penjara dengan tindak kejahatan yang tidak dapat dibilang ringan.
Pada awalnya penjara ini berisi kehidupan penjara yang penuh dengan konflik. Hingga akhirnya seorang penjaga penjara menciptakan sebuah system baru untuk membentuk pribadi tahanan yang lebih baik. Cara yang ditempuh adalah membentuk sebuah team futball.


Di beberapa bulan pertama semua terasa sulit namun akhirnya pelatih berhasil menciptakan sebuah team yang solid, memiliki rasa persatuan antara satu pemain dengan yang lain, tidak ada perselisihan, yang ada adalah semangat untuk menjadi pemenang yakni MUSTANGS.


Dengan perjuangan yang tinggi dari para pelatih dan semua orang yang mendukung team ini. anak-anak yang semula dipersepsikan sebagai anak berandalan yang tidak memiliki masa depan, menjadi anak-anak berbakat yang mampu menunjukkan prestasinya.





PERSEPSI

PERSEPSI BURUK TENTANG REMAJA

Sejak abad ke 20 remaja sudah memiliki stereotype yang buruk di mata masyarakat atau di mata sebagian ahli psikologi. Remaja identik dengan perilaku pemberontak, sumber konflik, senang mengikuti mode dan tidak memiliki pemikiran yang panjang ketika memutuskan untuk berperilaku. Pada film Gridiron Gang ini gambaran remaja benar-benar sesuai dengan stereotype masayarakat. Remaja adalah sekategori manusia yang dipenuhi dengan konflik seperti konflik antar gang, pemberontakan terhadap pemerintahan dan norma social dan bahkan keluarga. Mungkin dapat dikatakan

REMAJA = MAKHLUK ABNORMAL YANG MENYUSAHKAN



Namun, ada sisi lain dari film ini yang membuktikan bahwa remaja tidak sepenuhnya makhluk yang negative, remaja memiliki sisi yang positif. Mungkin semangat juang yang tinggi, rasa keingin tahuan yang tinggi sehingga remaja-remaja di penjara sekalipun dapat memiliki prestasi yang membanggakan.



LALU ADA APA DENGAN PERSEPSI NEGATIF?


Peningkatan tindak kejahatan pada remaja sehingga para remaja sebagian besar sering keluar masuk penjara karena melakukan kesalahan yang sama atau bahkan lebih buruk adalah karena remaja merasa masyarakat sudah berpersepsi buruk tentang mereka. Kalau pun mereka berbuat baik masyarakat juga tidak akan menilainya baik karena masyarakat sudah punya nilai sendiri tentang para remaja bermasalah ini dan semuanya bernilai negative. Masyarakat sekitarnya tidak memberikan kesempatan sehingga tidak akan pernah ada perubahan. Namun ternyata setelah pelatih di penjara remaja ini memberikan sebuah kesempatan besar bagi para remaja untuk berubah, akhirnya perubahanpun benar-benar terjadi.






PENGARUH INTERAKSI SOSIAL DAN BUDAYA BAGI REMAJA
PENGARUH SECARA UMUM……..


Kondisi sosio historis berkontribusi terhadap munculnya konsep tentang remaja. Menurur G.Stanley Hall bapak dari pandangan invensionis , Remaja merupakan sebuah kreasi sosio Historis. Sekolah, kerja, dan ekonomi merupakan dimensi penting dari pandangan invensionis mengenai remaja (Elder,Fasick,Lapsley,Enright, Serlin). Pengelolaan yang baik dari ketiga dimensi ini memiliki kekuatan yang besar untuk mempengaruhi kehidupan remaja. Dalam film ini diceritakan bahwa beberapa pemain MUSTANGS yang akhirnya dibebaskan dari penjara. Beberapa diantaranya diterima di beberapa sekolah, bekerja di beberapa perusahaan. Serta keluar dari lingkungan yang selama ini menjadi wilayah kejahatan mereka. Hidup mereka jauh dari kesan negative. Meskipun ada beberapa anggota yang kembali di lingkungan lama mereka dan perbedaan konsekuensinya juga sangat berbeda. Mereka yang bersekolah dan masuk ke dunia perekonomian masyarakat mampu menunjukkan prestasi dari usaha dan semangat juang yang mereka miliki. Sedangkan bagi mereka yang kembali di lingkungan lama mereka yakni lingkungan Gang. Mereka tetap menjadi seorang pecundang dan kembali meringkuk di penjara. Tapi itu adalah pilihan remaja. Mereka perlu diberi sebuah kesempatan untuk memilih menjadi pemenang atau pecundang. Dan dukungan di lingkungan sosialnya sangat mempengaruhi pilihan mereka.

BERDASARKAN TEORI PARA AHLI TENTANG PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA TERHADAP REMAJA……

· TEORI KOGNITIF SOSIO BUDAYA DARI VYGOTSKY

Teori kognisi social-budayanya bercerita tentang bagaimana budaya dan interaksi social mengarahkan ke perkembangan kognitif. Vygotsky melukiskan perkembangan sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas social dan budaya(John Steiner dan Mahn 2003)
Menurut vygotsky, pengetahuan tidak semata-mata dibangun dari dalam diri individu itu sendiri. Tetapi dapat dimiliki melalui interaksi dengan orang lain dan berbagai objek dari budaya itu sendiri. Seperti dalam film Gridiron Gang ini, interaksi yang banyak terjadi adalah interaksi remaja dengan teman sebayanya, kelompok gangnya. Interaksi seperti inilah yang membuat remaja belajar untuk beradaptasi dengan lingkungannya yakni dengan belajar menggunakan senjata, memukul, bahkan membunuh sebagai suatu pengetahuan yang berarti rasa solidaritas sebagai anggota gang.
Kemudahan untuk memberikan pengetahuan mengenai berbagai kejahatan yang dapat dilakukan oleh remaja dalam gang tersebut didukung oleh system pemikiran remaja yang masih menggebu-gebu dan selalu ingin tahu. Remaja lebih mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dalam hal ini sangat tergantung pada pola interaksi social dan system budayanya.


· TEORI BEHAVIORISME SKINNER


Menurut Skinner dengan teorinya behaviorisme, menekankan studi ilmiah mengenai respon perilaku yang teramati serta determinan-determinan lingkungan. Menurutnya pikiran, kesadaran, dan ketidak sadaran, tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan. Yang penting adalah bagaimana dalam perkembangan remaja terjadi sebuah proses pembelajaran dari lingkungan. Jika seseorang ingin merubah perilaku remaja yang dinilai bermasalah atau menyimpang, maka lakukanlah modifikasi lingkungan.
Teori ini dapat digambarkan seperti seorang penjaga penjara yang merancang sebuah lingkungan baru di dalam penjara dengan tujuan merubah perilaku remaja yang ditahan didalamnya serta menanamkan pribadi yang lebih baik dari remaja tersebut. film Gridiron Gang ini mampu memvisualisasikan tekhnik yang dimaksud oleh teori behaviorisme yakni adanya modifikasi lingkungan untuk memodifikasi perilaku. Tapi, benarkah perubahan perilaku remaja hanya dipengaruhi oleh adanya perubahan di lingkungannya. Beberapa ahli lain menyangsikan hal ini. mereka berpendapat bahwa aspek dari dalam diri individu, perilaku inidividu, dan lingkungan individu memiliki hubungan segitiga yang bersifat timbal balik. Mereka menuangkannya dalam teori Kognitif social.



· TEORI KOGNITIF SOSIAL


Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Menurut teori ini factor dalam diri individu menentukan diterima-tidaknya sebuah modifikasi lingkungan. Berhasil tidaknya modifikasi lingkungan dalam merubah perilaku individu tersebut.
Setiap manusia atau dalam konteks ini remaja, memiliki sebuah organ yang mampu mengelola berbagai informasi yang berjumlah ratusan bahkan jutaan. Namanya adalah OTAK. Otak manusia memiliki keistimewaan dibanding makhluk lainnya. Otak manusia memilki kemampuan luar biasa yang biasa disebut sebagai akal. Akal adalah kemampuan manusia untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Akal membantu manusia untuk dapat mengambil keputusan terbaik menurut dirinya dari beberapa pilihan yang ada.
Akal yang dimiliki oleh setiap individu berfungsi sebagai alat individu untuk berfikir bagaimana dia hidup. Bagaimana dia melanjutkan hidupnya atau bagaimana dia belajar dari hidupnya di masa lalu. Manusia mempelajari lingkungan sebagai makhluk terdidik bukan makhluk terlatih. Jika ingin menjadi makhluk terlatih apa bedanya manusia dengan beruang yang bisa belajar duduk karena terlatih, lumba-lumba yang mampu mengikuti perintah untuk melompat ke lingkaran api karena terlatih. Inilah yang dilupakan oleh teori behaviorisme.
Eksistensi manusia terletak pada keberadaan akalnya. Teori kognitif social menilai perlu adanya penerimaan individu akan modifikasi lingkungannya. Dalam film ini digambarkan bahwa beberapa tahanan remaja berhasil terbentuk menjadi pribadi yang tetap berprestasi setelah keluar dari penjara. Adapula remaja yang ternyata memilih untuk menjadi remaja yang bermasalah seperti sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa dengan system modifikasi lingkungan yang sama, ternyata menghasilkan modifikasi perilaku yang berbeda. Karena individu memiliki system akal pemikiran yang berbeda dan menentukan pilihan hidup yang berbeda pula.

Interaksi antara lingkungan, individu, dan perilaku bersifat timbal balik dan berhubungan erat. Tidak dapat dipisahkan.